_

Senin, 07 Juni 2010

HIMAJIE, HISTORY , DAN HARAPAN. PERJUANGAN BELUM SELESAI

Posted by Himajie Unhas on 14.10 0 komentar

HIMAJIE, HISTORY , DAN HARAPAN.
PERJUANGAN BELUM SELESAI !

    Tidak ada kalimat yang lebih pantas diperdengarkan ketika anda mulai membaca, selain Salam hormat dan terimakasih saya bagi setiap pembaca budiman yang masih bersedia meluangkan waktu untuk menilai dan selanjutnya memberikan masukan dan kritik membangun pada goresan tinta dalam tulisan ini. Ini semua tidak akan pernah punya nilai ketika sahabat terbaik seperti anda hanya sekedar menjadikanya sebagai pembungkus kue atau menempatkan ia di tonk-tonk sampai disekeliling anda. Sepatah kata berupa kritik dari sahabat akan sangat membantu penyempurnaan karya pinggiran saya ini. Saya yakin Kita semua menginginkan sebuah karya tulis yang lebih berkelas, namun hanya sebatas ini yang bisa saya suguhkan untuk anda. Olehnya itu masukan non-materil berupa gagasan-gagasan baru dari anda sangat saya butuhkan untuk penyempurnaanya. Semoga Yang Maha Esa selalu membisikan perintah positif ke telinga kita agar dapat diolah selanjutnya oleh otak untuk melahirkan sebuah keputusan yang disertai tindakan yang bernilai guna untuk agama, bangsa, dan bahasa serta Himpunan kita yang tercinta.  Amin    ! ! ! !
    Tulisan ini saya dedikasikan dengan sedikit rasa bangga untuk semua kema Himajie dan kema FE-UH, semoga memberikan manfaat sesuai dengan harapan kita bersama kelak, tentunya dengan tidak melampaui batas teritorial kekuasan Sang  Tuhan. Satuhal yang terlintas didalam kepala saya ketika menulis karya ini. Apa sebenarnya hal terbesar yang bisa saya persembahkan untuk keluarga baruku di kampus ini ? kalimat itu manggerogoti saraf dalam ingatan saya. segengam pertanyaan sederhana yang terkadang membuat saya tidak bisa tidur diwaktu malam, dan hampir menjadi hantu yang menakutkan dikala siang hari. sebuah keluarga sederhana yang penuh warna dan karakter. Warna-warni itu mewakili banyak harapan agar hari  esok  setiap bagian dari keluaga itu akan memperoleh kehidupan sesuai impian, berawal dari keluarga itu semua belajar, semua saling mengenal, dan semua saling memberikan senyum terindah yang dibungkus oleh ketulusan sebagai satu kesatuan rasa menjadi bagian dari keuarga Himpunan. Sebuah keluarga unik yang akan menemani tahun-tahunku kedepan.
    Lambang panji berwarna merah menjadi sebuah identitas bersama dan wajib dijunjung tinggi oleh setiap anggota keluarga. Warna itu menjelaskan banyak hal, apa bila kita telusuri lebih dalam kita akan mendapatkan banyak kesimpulan. didalamnya dapat dijumpai semangat yang tidak pernah luntur, rasa percaya diri yang tinggi, semangat kebersamaan yang amat kental, dan tentunya kapasitas ilmu dari setiap anggota keluarga, insyaAllah ! Semua Hal itu dapat terlihat dari pancaran cahaya setiap wajah dari keluarga kita. Ukiran senyum sebagai bingkai rasa kebersamaan. Himpunan keluarga sederhana yang menaungi banyak pribadi dengan perbedaan tipology manusia dalam banyak hal, Mulai dari watak keras sampai yang paling pendiam sekalipun ternyata ada dalam himpunan keluarga kita, terbentuk secara alami oleh alam. Hal ini memberikan peluang untuk saya bisa belajar tentang karakter dan sifat dari orang lain, semoga suatu hari membawa faedah yang semestinya, dengan kehadiran kanda-kanda senior sebagai orang yang lebih dulu mengijakkan kaki di keluarga ini, bimbingan dari anda atas kehendak Tuhan akan sangat berharga bagi saya. Hal itu tidak akan pernah pantas meskipun harus di-Barter dengan sejumlah rupiah terntentu, hanya dengan kehadiran hati kita bisa memaknainya.
Sebelumnya saya berpikir bahwa ini adalah sebuah pilihan, bisa terlibat dan ikut arus atau bisa juga memilih menjadi paranoid yang setiap hari harus terpaksa merasa terasing karena menjadi orang aneh yang namanya saja tidak pernah terdengar dalam setiap sapaan orang. Namun ternyata waktu yang berjalan dengan cepat mengatakan bahwa saya pun harus menjadi bagian dari keluarga ini. Pesan itu terkuak pasca kegiatan rutin Himpunan setiap tahun dalam menyambut keluarga baru yakni bina akrab atau ramah tamah.  Ini menjadi Peristiwa langka  dalam hidup saya, dimana kami diajarkan tentang bagaimana menghargai kekurangan, satu rasa sama rata, saling menolong sesama kerabat, rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang sangat dalam, dan masih banyak lagi hikmah lain yang bisa dipetik dari momen itu. Dan yang paling penting bagi saya ialah memperoleh pendidikan semi militer atau merasakan apa menjadi keluhan oleh banyak tawanan ketika perang terjadi pada tahun 1939 s/d terwujudnya suatu perdamaian, sehinga terselip pesan pada diri saya pribadi untuk selalu menjaga setiap getar lidah dan gesekan kaki pada setiap langkah. Inilah yang menjadi motor pendorong sehingga saya tanpa sadar tiba-tiba tersenyum dalam sebuah perenungan kecil. Sebuah keputusan berbentuk pernyataan lisan dari saya bahwa ternyata keluarga ini diisi oleh orang – orang baik, namun ada sedikit pola negatif yang digunakan untuk memperkenalka semua nilai itu. karena memang pada hakikatnya Tuhan menciptakan manusia denga tujuan baik,namun terkadang ada orang yang memilih menjadi orang yang kurang baik, ia sendiri mungkin  menyadari hal itu, tapi karena satu dan lain hal ia menjadi orang yang bukan dirinya sendiri. Mungkin tidak semua orang akan berkesimpuan demikian, namun sebagai orang yang bijak, saya mengajak kepada kita semua untuk coba mengambil hikmah positif dari setiap peristiwa (bina akrab), tidak sekedar menilai segala sesuatu hanya sekedar dipandang dari sudut luarnya saja, anda akan menjadi bagian dari golongan orang aneh ketika langsung bersikap definitif jika melihat, mendengar, atau memperoleh kenyataan yang tidak sesuai dengan kata hati dikala hal itu terjadi, Oleh karena itu alangkah baiknya kalau selalu berprasangka baik .
    Saya berharap ini menjadi langkah awal untuk memulai sebuah pembelajaran dalam hidup yang sesungguhnya, dimana terdapat kumpulan orang-orang yang punya banyak ciri khas dalam setiap kepribadian untuk mencapai titik mendekati kesempurnaan dan pencarian jati diri sebagai wakill Tuhan di bumi, tempat semua orang berpijak ini.   Saya menyadari, memang benar bahwa kopi tidak akan sampai pada kesimpulan pahit sebelum ia dibandingkan dengan kumparan gula pasir yang manis. Semoga kita semua memperoleh apa yang menjadi tujuan hidup kita masing – masing dan semoga Tuhan selalu memberikan bimbingan kepada kita dalam setiap pilihan yang kita putuskan setiap saat.  Amin   . . . . .  . ! ! !
Kata  Himajie pertama kali saya dengar  pada waktu prosesi  Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tepatnya di salah satu ruang gedung FIS A Fakultas Ekonomi. saat  itu juga merupakan waktu pertamakali saya bertemu pandang dengan teman-teman yang akan menjadi saudaraku nanti, angkatan kami terbilang unik karena merupakan gabungan dari beberapa mantan peserta SNM-PTN yang dinyatakan lulus oleh Dinas Pendidikan Nasional dari berbagai daerah di Nusantara.  Mungkin hal ini menjadi ketentuan mutlak sepanjang zaman. Konon setiap calon keluarga himpunan adalah kumpulan orang yang selalu punya karakter yang beraneka ragam, Wallahu Alam ! Pada waktu salah satu dari senior pengurus Himpunan meminta kami memperkenakan diri, kebanyakan asli Sulsel dan Makassar, namun ada juga dari luar daerah seperti  dari Lampung, Probolinggo, Yogyakarta, Situbondo, Bali, kendari, Bau-Bau dan saya sendiri dari Wakatobi. Sebuah keberuntungan telak bagi saya bisa berada di tengah-tengah mereka dan tentunya Himajie itu sendiri.
Jargon orang bijak bahwa dunia kampus itu sangat berbeda dengan saat ketika berstatus siswa ternyata memang benar. Kampus adalah salah satu contoh kumpulan masyarakat, dan di dalam kampus juga diisi oleh berbagai jenis tipe manusia. Banyak orang yang siifatnya tidak layak di-copy, tapi juga tidak sedikit diantara mereka yang kiranya bisa kita jadikan contoh teladan. Inilah kenyataan baru yang dihadapkan pada kami semua Maba 2009. Sebuah lingkungan baru yang harus digeluti untuk har-hari selanjutnya, kisah perjalan hidup bagi setiap orang yang tidak akan bisa terhapus dari ingatan hingga sang maut datang menjemput.
Himpunan Mahasiswa Jurusan ILmu Ekonomi yang lebih akrab disebut Himajie adalah sebuah nama yang memiliki sekelumit kisah layaknya sebuah drama sinetron. Mulai dari saat pembentukan, beberapakali perubahan nama, sampai  kegiatan besar yang pernah diselenggarakan oleh organisasi ini. Saya tidak begitu banyak tahu tentang History keseluruhan dari Himajie itu,bagaimana persepektif Himpunan ini secara lebih detail dan komprehensif, maklum orang baru yang sedang dalam proses adaptasi dengan lingkungan baru pula. Ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan untuk saya pribadi, dan tentunya akan menjadi proses pembelajaran berharga yang nilainya tidak bisa diwakili oleh deretan angka atau kumpulan symbol .
Sejujurnya, tema yang saya pilih untuk tulisan ini merupakan judul puisi yang dikarang oleh Tun DR. Mahatir Muhammad, mantan perdana Menteri kerajaan Malaysia yang menduduki masa jabatan cukup lama oleh karena gaya kepemimpinanya yang kharismatik dan berlandaskan nilai luhur dengan penuh keiklasan. Saya mendengar judul itu pada saat mengikuti seminar Internasional di Baruga A. Pangeran Pettarani pada pertengahan bulan Desember 2009 dengan pembicara utamanya adalah beliau, tidak ketinggalan yang terhormat Bapak Gubernur Sul-sel, Syahrul Yasin Limpo. Saya yakin, sahabat pasti merasa aneh, kenapa justru orang luar negeri yang dijadikan figur. Padahal kita semua tahu, bangsa kita juga memiliki banyak tokoh negarawan yang juga layak dijadikan contoh. Alasanya sederhana, kenapa kemudian tema “Perjuangan belum berakhir “ yang saya pilih. Kalimat singkat itu mengandung harapan besar, agar mampu memberikan motivasi berharga bagi kita semua tentang bagaimana kita bisa pandai-pandai dalam mengevaluasi diri dan melakukan penyempurnaan terhadap bagian-bagian dari diri kita yang masih tergolong cacat.  Berapa banyak prestasi yang telah kita torehkan, bagaimana memperbaiki kasalahan-kesaahan yang  telah berlalu, memaksimalkan kemampuan yang kita miliki, dan tentunya harapan saya pribadi agar kita selalu terpacu untuk senantiasa menjaga kobaran api semangat yang ada didalam hati, rongga dada kita masing-masing untuk selalu antusias dalam menjawab tantangan zaman yang semakin tidak bersahabat.
Harapan saya dan semoga menjadi harapan kita semua, sebagai anak bangsa yang dengan murah menerima emas kemerdekaan dalam bentuk warisan dari banyak orang bijak yang dengan sangat baik mengulurkan tanganya untuk generasi pelanjut negeri, kita semua adalah orangnya dan Mereka adalah pahlawan. Seyogyanya kemerdekaan yang dihasikan dengan tetesan air mata dan percikan darah para pejuang ini harus diisi dengan pembangunan di segala bidang. Ilmu ekonomi merupakan bagian paling Vital dalam kehidupan kita, baik secara pribadi, berkelompok, bersuku-suku, bahkan dalam kehidupan bernegara sekalipun. Mungkin ini terlalu berlebihan, namun paradigma saya berbunyi demikian, harus gimana lagi ? kate orang Jakarte. Bagaimana mungkin seseorang, sekelompok orang, atau sebuah Negara bisa mencapai kesejahteraan hidupnya dalam jangka waktu tertentu tanpa ada basis ekonomi yang kuat. Bagaimana bisa ada orang yang setiap hari memperlihatkan senyum termanisnya jika ternyata perut dalam keadaan  blank, kemungkinan itu ada tapi akan jarang kita jumpai. Salah satu subtansi dari rumusan pasal dalam UUD 1945 ialah menciptakan suatu pola kehidupan masyarakat dengan arah dan tujuan mulia yakni untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia dari ufuk Sabang sampai ujung Merauke dengan upaya optimalisasi sumber daya alam lokal secara berkeadilan, berkelanjutan secara efektif dan efisien. Disinilai lapangan bermain dari ilmu pengetahuan yang selama kira-kira 8 semester atau lebih kita selami. Bahkan seorang Susilo Bambang Yudhoyono terkesan sangat mengagumi Budiono sebagai pakar Ekonomi. Terbukti ketika pada kabinet Indonesia Jilid pertama,dan Indinesia berada dalam gonjang-ganjing dalam hal perekonomian, Budiono ditunjuk secara langsung oleh beliau (Sby) sebagai Gubernur Bank Century, eh salah. Maksudnya bank Indonesia atau bank central. Dan ketika sang presiden memperoleh kembai tahta kekuasaanya pada Pilpres 2009, Budiono yang digelari oleh Alm. Gusdur sebagai antek IMF kembali dipilih oleh Sby untuk mengamankan kekuasaan serta melanjutkan program-program yang berlabe Pro-rakyat. Ini menjadi pertanda penting dan jelas bahwa kedudukan ilmu Ekonomi memperoleh tempat yang sangat layak dalam hati setiap orang.
Di waktu awal menjatuhkan pilihan untuk Ekonomi Pembangunan pada saat mengisi formulir Pendaftaran SNM-PTN, saya pribadi belum tahu pasti seperti apa perspektif dan prospek dari jurusan yang saya ambil. Namun apa yang digagas oleh Ari Ginanjar Agustian dalam Bukunya “ The ESQ Way 165” tentang keajaiban suara hati mungkin seratus persen benar. Ketika berselimut kebingungan pada saat harus menentukan jurusan apa yang paling baik saya pilih, tidak ada perencanaan pasti dari awal, namun suara hati yang mendorong untuk memilih jurusan itu ternyata sangat bernilai. Keyakinan akan pentingnya ilmu itu sudah saya peroleh pada hari ini. Dengan melihat realita dalam banyak problematika kehidupan Bangsa kita belakangan ini, semakin jelas bahwa motif yang menjadi dalang semua permasalahan itu, mengarah pada kepentingan Ekonomi. Ini tantangan mutlak untuk setiap orang yang mendalami ilmu Ekonomi, apakah ilmu yang kita pelajari hampir setiap hari dapat memberikan solusi atau alternatif terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang segunung itu ? saya teringat potongan kalimat dari salah seorang pengurus senat pada Departemen  pengkaderan pada saat pengembalian blangko senat berwarna putih, bahwa “setiap orang yang baru bergelar  sarjana Ekonomi, bukan memberikan kontribusi bagi sketsa perekonomian, malah sebaliknya menjadi tambahan pekerjaan rumah bagi pemerintah dengan menjadi seorang tuna karya (nganggur). Silahkan anda jawab sendiri dengan berkonsutasi terebih dahulu dengan hati anda. Yakinkan jiwa anda ketika memberikan jawaban bahwa diri anda sebenarnya-lah yang menjawab, terlepas dari maksud lain ataupun kepentingan yang hanya bersifat egois dan sementara. Saya semakin percaya, bahwa Tuhan telah menentukan takdir ini pada saya, dan juga kepad kita semua. Setiap orang adalah pemimpin, minimal ia adalah penguasa atas dirinya sendiri, dan setiap pilihan mengharuskan adanya tanggung jawab dihari esok. artinya apa yang telah menjadi fitrah kita sebagai Wakil Tuhan, sebagai mahasiswa, dan tentunya sebagai penanggung jawab Ekonomi bangsa ini mewajibkan adanya laporan pertanggung-jawaban. Sekiranya kalau kita belum diberi kesempatan untuk memikirkan kesejahteraan Ekonomi bangsa ini atau skala nasional, minimal kita mampu bertanggung jawab atas ekonomi diri kita sendiri agar mampu mengubah wajah lingkungan terdekat kita masing-masing, Amin ! Harapan yang lahir dari palung hati seorang pemula seperti saya ketika berkenalan dengan ilmu Ekonomi, semoga kita semua bisa meningkatkan minat dalam mempelajari iImu Ekonomi.  Karena sekali lagi, urgensi dari ilmu Ekonomi sangat besar. Sejak Alm. Adam dan Istrinya Hawa digelincirkan oleh setan (iblis) dan di-migrasikan oleh Tuhan ke negeri Bumi nan fana ini, ilmu ekonomi menjadi bidang disiplin ilmu yang pertama kali ditemukan. Bagaimana dalam kondisi keterbatasan (Scarsity) setiap orang / kelompok manusia harus mampu memenuhi kebutuhan pokok serta pelengkapnya. Pada saat seorang Plato bersama Aristoteles pada zaman yunani pencurahkan perhatianya pada ilmu ekonomi, pada saat Nabi Muhammad  bersabda tentang ekonomi ketika seorang sahabat menanyakan tentang kenaikan harga, suatu ketika Adam Smith mengutarakan pendapatnya tentang keistimewaan dari ilmu Ekonomi, lalu dibantas oleh lawan-nya karena tidak sepakat denan pertentangan kelas yakni Marx dan Lenin, dilanjutkan oleh para pemujanya seperti, Robert Malthut, David Ricardo, Juan Baptise Say, sampai kemudian pada akhirnya disempurnakah oleh John Maynard Keynes, ilmu ekonomi begitu menakjubkan sehingga sangat aneh ketika ada orang yang berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak menarik. Waktu telah menjelaskan bahwa para ahli ekonomi mendapatkan perhatian lebih dimata Dunia. Inilah kenyataan mutlak yang berada jelas dan terbuka dihadapan kita semua.
Hari ini bangsa kita menerima peninggalan sejarah yang tidak pantas di-tertawai, skema perekonomian global yang ditinggalkan oleh Alm. Bapak Soeharto menjadi tidak bisa ditanggalkan apalagi dihapuskan oleh siapa pun, bahkan dalam beberapa kali pergantian Presiden, ketergantungan ekonomi kepada bangsa lain menjadi momok yang selalu membayang-bayangi para Presiden dengan Menteri Perekonomian yang dipilihnya ketika menjabat. Apa sebenarnya cara terbaik agar PT. Freeport menyadari kekeliruanya, bahwa harta bentukan alam (emas) yang setiap hari digali dan dibawa pulang ke-negerinya itu bukanlah miliknya, melainkan hak dari jutaan jiwa rakyat Indonesia yang detik ini harus bergelar keluarga miskin karena kelaparan. Bagaimana langkah terbaik agar gas alam, minyak bumi, laut yang kaya dengan komoditas ekspor,sawah ladang para petani dan hutan belantara kita yang subur mampu dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sumber daya dan bahan baku ekonomi kita banyak, faktor pendukung seperti manusia professional dan mesin juga cukup. Setiap semester, tidak kuranng dari puluhan ribu sarjana yang di-wisuda oleh para rektor dikampusnya dan atas izin Tuhan InsyaAllah mampu mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah itu dengan baik. Tapi kok kita terus ber-predikat negara dunia ke-tiga ya ? saya juga bingung akan hal ironis itu. Kenapa bisa ?
Apa sebenarnya yang salah dengan sistem ke-tatanegara-an kita yang mengagungkan paham Demokrasi ini, sudah terlampau banyak para kandidat untuk calon Bupati,Gubernur, Dan Wakil rakyat yang ketika berkoar-koar diatas podium sidang dan panggung-panggung kampanye mengumbar janji, dan dengan berani mengangkat sumpah rela berkorban untuk sang rakyat yang malang, seolah bisa bernegosiasi dengan Tuhan soal dosa dan Neraka. Padahal, mungkin mereka tidak menyadari bahwa Demokrasi yang di-jiblak dari dunia barat itu telah dijadikan oleh Para kapitais global sebagai kendaraan Ekonomi untuk selanjutnya dengan enteng meng-eksploitasi alam negeri kita. Mungkin saja mereka tahu sepenuhnya akan hal itu, namun karena kepentingan pribadi akan panasnya kursi kekuasaan, hal itu tetap saja langgeng sampai detik ini. Jendela Demokrasi memberikan peluang sangat besar bagi setiap orang yang punya modal untuk sebuah kekuasaan. Akhirnya siapapun yang ber-hasrat ingin berkuasa harus punya kantong tebal. Kenyataan ini bertambah buruk dengan keterlibatan Indonesia dalam pergaulan dunia Internasional, campur tangan IMF danWorld Bank sangat telah membatasi kewenangan pelanjut pemerintahan dalam hal ekonomi sehingga juga ikut mempengaruhi aspek-aspek lain seperti sosial, politik, dan kebudayaan, pastinya juga pemerintahan. arus modal asing yang juga ditanamkan untuk invesatasi di Sektor-sektor non-real, tak ayal juga sampai pada Poros demokrasi. Masing – masing memperoleh keuntungan, kapitalis berhak meminta balas jasa atas bantuan dana kampanye kepada para calon penguasa, dan sang kandidat juga berpeluang besar untuk memperoleh kekuasaan dengan adanya pendanaan kampanye yang memadai. Intervesi predator-predator serakah (kapitalis) itu semakin mulus ketika orang yang yang dia topang dalam hal pendanaan menang pemiu, tidak perlu memakan waktu terlalu lama, surat keputusan atas nama rakyat pun diterbitkan oleh pemerintah yang isinya sesuai pesanan sang kapitalis, karena urat-uratnya sudah tidak sabar untuk menguras sumber daya alam kita. Inilah kenyataan buruk yang memaksa kita harus menelan air ludah. Sadar atau tidak hal itu ada disekitar kita. Akibatnya jelas, rakyat yang tidak tahu apa-apa menjadi semakin terpinggirkan dari prioritas pembangunan. Setiap tahun ketika dilakukan penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta), yang menjadi pertimbangan utama malah bukan rakyat seperti yang telah dijanjikan ketika musim kampanye, tetapi orang yang telah memberikan bantuan dana karena telah berhasil mengangkat dia ke-atas kursi kekuasaan adalah penentu kebijakan utama. Rakyat tambah bodoh dan miskin, kapitalis global semakin kaya karena telah berhasil mem-bodohi calon penguasa setelah hampir semua hasil alam kering, dan penguasa tetap bisa tersipu manis ketika berhadapan  dengan rakyat dan dengan  membungkus ke-busuk-an yang ia banggakan. Yang paling parah akibatnya di masa sekarang dan yang akan terlihat dimasa depan dengan adanya UUD Penanaman Modal maka semakin memberikan ruang untuk para predator itu berkreasi. Ranah pendidikan yang menjadi penentu utama kemajuan suatu bangsa tidak luput dari perhatian, pemerintah semakin luar biasa dalam men-desain kata-kata manis kedalam deretan pasal UUD sehingga punya dasar hukum yang kuat untuk beraksi, sekali lagi atas nama rakyat. Dengan alasan bodoh untuk  meningkatkan mutu pendidikan ketika pasokan modal mendukung, maka salah satu dari anak haram globalisasi tiba-tiba lahir untuk mendukung kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya. Apa itu? RUU Badan Hukum Pendidikan alias BHP. Sama halnya ketika modal asing mempengaruhi otak penguasa dalam menyusun kebijkan, maka dampak yang akan ditimbulkan tidak akan kalah mengerikan ketika telah menular pada ranah pendidikan. Setiap kebijakan pendidikan yang lahir harus berdasarkan kepentingan sang pemodal. Anak-anak bangsa yang malang ketika haknya sebagai warga Negara untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai amanat UUD 1945 yang telah dirancang dengan luhur oleh para pendiri bangsa ini hanya tinggal kenangan karena yang menentukan siapa saja yang berhak mencicipi nikmatnya pedidikan mulai dari ilmu pengetahuan sebagai komoditas dagang utama, gedung-gedung mewah sebagai symbol kapitais, termasuk udara segar ketika berada di dalam lingkaran kampus ialah kapitalis yang telah menjadi pemilik dari lembaga pendiidikan tersebut, bukan lagi miik Negara apalagi rakyat. 17 Agustus 1945 adalah suatu anugrah dari Tuhan sebagai hasi dari kerja keras bangsa ini, namun perlu disadari, bahwa hal itu hanyalah tanda bahwa kita telah merdeka secara fisik, namun tidak pada bidang Ekonomi khususnya, dan bidang-bidang lain juga tentuntunya sepeti yang telah saya tuliskan diatas.  hal ini ( BHP) adalah pembodohan terselubung yang harus terus mendapat pengawasan dari mahasiswa bersama rakyat. Dan masih banyak lagi problematika perekonomian yang menjadi tanggung jawab kita bersama.  Semoga hal-hal kecil seperti ini tidak lepas dari pengamatan kita sebagai agen perubahan yang memiiki kapasitas intelektual. Inilah salah satu dari dalang penyebab keterpurukan bangsa kita pada hari ini. Perencanaan ekonomi yang matang oleh beberapa putra bangsa yang masih punya kesadaran dan cinta tanah air menjadi kacau ketika para kapitalis global menyusun planning dengan arah berbeda dengan menjadikan para penguasa yang punya utang budi karena moda sebagai boneka mainan.  Jelas sekali bahwa modal asing untuk demokrasi yang mengalir deras dinegeri kita sama sekali tidak membawa kesejahteraan bagi bangsa ini. Saya berharap anda punya analisa yang lebih baik dari ini, namun sebagai orang awam, hal inilah yang bisa saya simpulkan.
Kembali pada Kaitanya dengan tema yang saya pilih yakni “perjuangan belum Selesai”.  Dengan kenyataan di hadapan mata bahwa masih terlalu banyak masalah yang perlu kita selesaikan, dengan tulus mencarikanya solusi. Deretan perjalanan panjang bangsa kita dahulu ditinjau dari aspek ekonomi beserta kekurangan-kekuranganya  harus menjadi pelajaran dan bahan pembanding untuk performa ekonomi kita pada hari ini. Beajar dari pengalaman masa lalu, untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan tidak pernah merasa puas belajar dan mengetahui hal-ha baru, saya mengajak kepada kita semua agar di masa depan, dengan adanya pengalaman masa lampau ditambah dengan pengetahuan baru, semoga kita mampu merubah wajah ibu pertiwi yang cantik in menjadi lebih lebih elok agar gelar Negara miskin, bodoh, Negara dunia tidak terdengar lagi ketika kita bisa melepaskan belenggu itu dari batang tubuh bangsa ini . dalam hal ( Harapan) ini , saya tidak terlalu sepakat dengan pendapat seseorang bahwa “kekecewaan hanya dirasakan oleh orang-orang yang terlalu banyak berharap” . kita masih punya harapan untuk berubah, dan di  Himajie-lah. Perubahn itu kita mulai. Dengan terus belajar, dan dengan izin dan petunjuk sang Tuhan yang lewat suara hati kita masing-masing. Harapan terakhir dari saya, sebagai orang baru di Himpunan Mahasiswa Jurusan ilmu Ekonomi, semoga Himajie mampu melahirkan pemikir-pemikir ekonomi paling tidak Kota Makassar dan Sulsel, dan yang paling penting adalah  untuk negeri, menjadi tonggak penggerak perubahan kearah Indonesia yang lebih baik, lebih terhormat, dan lebih bermartabat di mata dunia. Amin . . . . !
  
Hormatku,
R U S M A N
ANAK PESISIR
mimpi_rusman@yahoo.com


0 Responses so far:

Leave a Reply